Namanya adalah Muhammad bin Muhammad Abu Mansur Al-Maturidi, ia di lahirkan di sebuah kota yang bernama maturid didaerah Samarqand (termasuk daerah Uzbekistan) pada tahun 853 M dan meninggal pada tahun 333 H/ 944 M. Ia adalah pendiri dari aliran Al-Maturidiyah salah satu golongan aliran dari madzhab Ahlussunnah. Tidak seorangpun secara pasti mengetahui tahun kelahirannya. Ini adalah sebuah observasi penting karena ini berarti bahwa orang yang membuat isnad tidak mengetahui cukup informasi tentangnya untuk menjadikannya sebagai sumber, artinya tidak ada seorang alim pun yang pernah mengenalnya.
Maturidi hidup sezaman dengan Asy'ari, hanya saja maturidi tinggal di samarqand sedangkan asy'ari tinggal bashrah. Asy'ari adalah pengikut dari madzhab syafi'iyah sedangkan maturidi adalah pengikut dari madzhab hanafiyah. Boleh jadi ada beberapa perbedaan pendapat antara kedua orang tersebut, karena adanya perbedaan pendapat antara syafi'i dan abu hanifah sendiri.
Sebagai pengikut abu hanifah yang banyak memakai rasio dalam pandangan keagamaannya, al maturidi banyak pula memakai akal dalam sistim teologinya. Maturidi mendasarkan fikiran-fikirannya dalam soal-soal kepercayaan kepada fikiran-fikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya "al-fiqh al-akbar" dan "al-fiqh al-absat" dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab tersebut. Oleh karena itu antara teologi maturidi dan asy'ari terdapat perbedaan, sungguhpun keduanya timbul sebagai reaksi terhadap aliran Mu'tazilah.
Dalam soal sifat-sifat Tuhan terdapat persamaan antara almaturidi dan asy'ari. Baginya tuhan juga mempunyai sifat-sifat, maka menurut pendapatnya Tuha mengetahui bukan karena zat-Nya, tetapi mengetahui dengan Pengetahuan-Nya, dan berkuasa bukan dengan zat-Nya.
Tetapi dalam soal perbuatan-perbuatan manusia, al maturidi sependapat dengan golongan mu'tazilah bahwa manusialah sebenarnya yang mewujudkan perbuatan-perbuatannya. dengan demikian dia mempunyai faham qadariah dan bukan faham jabariyah atau kasb asy'ari.
Sama dengan asy'ari, al maturidi menolak ajaran mu'tazilah tentang al-salah wa al-aslah, tetapi disamping itu al maturidi berpendapat bahwa tuhan mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu, al maturidi juga tidak sefaham dengan mu'tazilah tentang masalah al-Qur'an yang menimbulkan kehebohan waktu itu. Sebagaimana asy'ari ia mengatakan bahwa kalam atau sabda Tuhan tidak diciptakan, tetapi bersifat qadim.
Mengenai soal dosa besar al maturidi sefaham dengan al asy'ari yaitu bahwa orang yang berdosa besar masih tetap mukmin, dan soal dosa besarnya akan ditentukan tuhan kelak di akhirat. Iapun menolak faham posisi menengah kaum mu'tazilah.
Tetapi dalam soal al-wa'd wa al-wa'id almaturidi sefaham dengan mu'tazilah. Janji-janji dan ancaman-ancaman Tuhan, tidak boleh tidak mesti terjadi kelak. Dan juga dalam soal anthropomorphisme al maturidi sealiran dengan mu'tazilah. Ia tidak sependapat dengan dengan asy'ari bawha ayat-ayat yang menggambarkan Tuhan mempunyai bentuk jasmani tak dapat diberi interpretasi atau ta'wil. Menurut pendapatnya tangan, wajah dan sebagainya mesti diberi arti majazi atau kiasan.
Salah satu pengikut penting dari dari al maturidi adalah Abu al-Yusuf Muhammad al-Bazdawi (421-493 H). Nenek al-bazdawi adalah murid dari al maturidi, dan al bazdawi mengetahui ajaran-ajaran al-maturidi dari orang tuanya. Al-bazdawi sendiri mempunyai murid-murid dan salah seorang dari mereka adalah Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H) pengarang buku al-'Aqa'idal nasafiah.
Seperti al-Baqillani dan al-Juwaini, al-bazdawi tidak pula selamanya sefaham dengan al maturidi. Kemudian diantara tokoh aliran Maturidiyah ini terdapat perbedaan faham sehingga dapat dikatakan bahwa dalam aliran Maturidiyah terdapat dua golongan. Yaitu golongan Samarqand yaitu pengikut-pengikut al maturidi sendiri, dan golongan Bukhara yaitu pengikut-pengikut al-Bazdaw. Jika golongan samarqand mempunyai faham-faham yang lebih dekat kepada faham mu'tazilah, maka golongan bukhara cenderung lebih dekat kepada pemahaman aliran asy'ariyah.
Kitab-kitab yang pernah dikarang oleh al Maturidi diantaranya adalah ;
Mengenai soal dosa besar al maturidi sefaham dengan al asy'ari yaitu bahwa orang yang berdosa besar masih tetap mukmin, dan soal dosa besarnya akan ditentukan tuhan kelak di akhirat. Iapun menolak faham posisi menengah kaum mu'tazilah.
Tetapi dalam soal al-wa'd wa al-wa'id almaturidi sefaham dengan mu'tazilah. Janji-janji dan ancaman-ancaman Tuhan, tidak boleh tidak mesti terjadi kelak. Dan juga dalam soal anthropomorphisme al maturidi sealiran dengan mu'tazilah. Ia tidak sependapat dengan dengan asy'ari bawha ayat-ayat yang menggambarkan Tuhan mempunyai bentuk jasmani tak dapat diberi interpretasi atau ta'wil. Menurut pendapatnya tangan, wajah dan sebagainya mesti diberi arti majazi atau kiasan.
Salah satu pengikut penting dari dari al maturidi adalah Abu al-Yusuf Muhammad al-Bazdawi (421-493 H). Nenek al-bazdawi adalah murid dari al maturidi, dan al bazdawi mengetahui ajaran-ajaran al-maturidi dari orang tuanya. Al-bazdawi sendiri mempunyai murid-murid dan salah seorang dari mereka adalah Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H) pengarang buku al-'Aqa'idal nasafiah.
Seperti al-Baqillani dan al-Juwaini, al-bazdawi tidak pula selamanya sefaham dengan al maturidi. Kemudian diantara tokoh aliran Maturidiyah ini terdapat perbedaan faham sehingga dapat dikatakan bahwa dalam aliran Maturidiyah terdapat dua golongan. Yaitu golongan Samarqand yaitu pengikut-pengikut al maturidi sendiri, dan golongan Bukhara yaitu pengikut-pengikut al-Bazdaw. Jika golongan samarqand mempunyai faham-faham yang lebih dekat kepada faham mu'tazilah, maka golongan bukhara cenderung lebih dekat kepada pemahaman aliran asy'ariyah.
Kitab-kitab yang pernah dikarang oleh al Maturidi diantaranya adalah ;
· Kitab Al Tawhid
· Kitab Radd Awa'il al-Adilla
· Radd al-Tahdhib fi al-Jadal
· Kitab Bayan Awham al-Mu'tazila
· Kitab Ta'wilat al-Qur'an
· Kitab al-Maqalat
· Ma'akhidh al-Shara'i' in
· Al-Jadal fi Usul al-Fiqh
· Radd al-Usul al-Khamsa
· Radd al-Imama
· Al-Radd 'ala Usul al-Qaramita
· Radd Wa'id al-Fussaq
Dirangkum dari berbagai sumber
Dirangkum dari berbagai sumber
Enang Latif Munawar
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar